Cerita Hayy bin Yaqzhan merupakan cerita simbolik. Bercerita tentang seseorang bayi diletakkan ibunya dalam suatu keranjang (kotak) serta dihanyutkan ke laut karena khawatir dengan kekejaman raja penguasa yang sangat sombong. Ombak laut membawa si balita ke tepi laut suatu pulau terpencil dari komunitas manusia serta tidak seseorang juga yang hidup di situ. Hingga, seekor rusa menciptakannya, kemudian menyusuinya serta mengambil alih tanggung jawab pembelajaran serta pemeliharaannya.
Hayy bin Yaqzhan hidup sendiri di pulau ini. Dia mencari-cari serta melihat-amati sekelilingnya. Dia menekuni seluruh suatu yang bisa menolong dalam kehidupan. Dia menekuni kemampuan pembuaan baju, metode bangunan, keahlian memanah, kemampuan memakai api, penuhi kebutuhan tiap hari dari komsumsi, mendistribusikan serta memproduksi buat penuhi kebutuhan tiap hari, sampai dia hingga pada pengetahuan tentang hakikat kebenaran, hakikat dirinya, tujuan hidupnya, serta hakikat tuhan- Nya.
Kepercayaan hendak terdapatnya Allah selaku kebenaran yang hakiki, mendorong Hayya buat berupaya berhubungan serta dekat dengan- Nya. Lewat pemikiran falsafi, dia mengenali hakikat- hakikat alam. Dia juga mendapatkan marifah hakiki dan kebahagiaan yang sejati. Buat menggapai iktikad tersebut, dia melatih diri dengan puasa sepanjang 40 hari dalam suatu gua. Dengan penuh intensitas( ber- mujahadat)erta keikhlasan, dia berupaya melepaskan dirinya dari dunia empiris malalui kontemplasi penuh dengan Allah. Kesimpulannya dia mendapatkan apa yang dia kehendaki, ialah ittihad (menunggal dengan Allah) ataupun ittishal( berhubungan langsung dengan Allah). Ittishal inilah kebahagiaan yang paling tinggi sebab bisa memandang Allah terus menerus.
Di dikala dia terletak dalam suasana serta pengalaman esoteris semacam itu, dia berjumpa dengan seseorang pria bernama Absal. Absal tiba dari sesuatu pulau yang tidak begitu jauh dari pulau tempat tinggal Hayy. Absal mengira kalau pula di mana Hayy terletak, tidak berpenghuni manusia, sehingga sesuai buat mengasingkan diri dari warga serta berupaya melaksanakan ketakwaan serta kesalehan.
Hayy tidak menguasai bahasa manusia. Sehabis Absal mengajarinya, keduanya berbicara secara mudah, silih menggambarkan pengalaman tiap- tiap dan silih bertukar benak. Absal memberitahu Hayy tentang konsep- konsep al- Qurani, yang berkenaan dengan Allah, malaikat- malaikat, nabi- nabi, hari akhirat serta lain-lain. Lewat data yang diperoleh dari Absalm Hayy menyadari kalau metode falsafi yang dia mempunyai sudah bawa dirinya ke tingkatan pengetahuan serta marifat yang sejalan dengan ajaran agama. Tidak hanya itu, dia pula ketahui kalau orang yang bawa keterangan- keterangan dengan perkataan yang benar itu merupakan rasul serta ia yakin kepadanya serta mengakui kerasulannya.
Hayy pula menarangkan pengalamannya dengan Allah kepada Absal, penjelasan ini menguatkan kepercayaan Absal tentang ajaran agama yang diterimanya serta bertemula ide serta wahyu( al- manqul wa al- maqul). Atas ajakan Hayy, Absal setuju berangkat berdua ke pulau di mana Absal tiba. Hayy bermaksud memberitahu dan mengarahkan marifah hakiki yang dia peroleh kepada penunggu pulau tersebut.
Pulau itu diperintah oleh seseorang raja yang bernama Salman, teman Absal. Salman menerima ajaran agama semacam yang di informasikan nabi, dengan kata lain Salman lebih tertarik pada makna lahir nash. Dia menggemari hidup di tengah masyarakat serta melarang rang lain buat hidup menyepi( Uzlah).
Sehabis Absal mengemukakan ilmu marifat hakiki yang dirasakan Hayy, penduduk pulau itu merima Hayy dengan penuh bersemangat. Tetapi, sehabis Hayy menarangkan pengetahuan serta pemikiran filsafatnya, nyatanya penduduk pulau mencemoohnya. Hayy menemukan pelajaran dari pengalamannya kalau orang awam tidak menguasai serta tidak sanggup menerima marifat sejati. Marifat cuma dapat dimengerti oleh orang- orang spesial, yang dalam agama sudah menggapai martabat lebih besar dibanding dengan orang awam. Orang awam tidak sanggup menjangkau konsep- konsep murni. Hayy juga menyadari kalau pergaulan bawa kerusakan untuk warga serta buat memperbaikinya sangat dibutuhkan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi. Sebab Nabilah yang sangat memahami jiwa manusia pada biasanya. Dia mohon maaf pada raja Salman serta warganya, serta mengakui kekeliruannya sendiri sebab memforsir mereka mencari arti yang tersembunyi dalam kitab Suci( al- Quran). Pesan perpisahannya yakni mereka wajib berpegang teguh kepada syarat hukum syariat yang sudah mereka yakini sepanjang ini. Kesimpulannya, Hayy serta Absal kembali ke pulau tempat Hayy berasal. Mereka mengisi sisa umurnya dengan beribadah seluruhnya kepada Allah, sampai memperoleh pencerahan ruhani.
Cerita Hayy bin Yaqzan di atas mau menampilkan gimana proses manusia mencari kebenaran, tujuan hidupnya serta hakikat tuhan- Nya. Ibnu Tufail berusaha mengafirmasi kalau manusia mempunyai kemampuan buat menggapai Tuhan. Dengan cara menggambarkan kehidupan menyendiri Hayy, Ibnu Tufail lagi menarangkan bahwa orang dengan kekuatan rasionalnya sendiri, terisolasi dari manusia lain serta tidak
dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan sosial, dapat hingga pada kesimpulan kalau kebahagiaan serta kesengsaraan manusia bergantung pada keakraban dan kejauhannya dari Tuhan. Dengan kata lain, cerita Hayy bin Yaqzan sejatinya ingin menguraikan kebenaran- kebenaran tertentu dalam kenyataan keagamaan tiap muslim dalam bermacam bidang, tercantum bidang ekonomi.
Dari perspektif ekonomi cerita Hayy bin Yaqzan ialah periode dalam pertumbuhan peradaban manusia dalam memahami ekonomi, dari sesi konsumsi alam dekat hingga ke sesi penciptaan dengan alat- alat yang terbuat sehabis berfikir panjang. Kasus ekonomi pula dipaparkan secara bertahap, dari kebutuhan yang simpel hingga ketahap menaruh bahan santapan( Saving) guna memudahkan keberlangsungan aktivitas ekonomi. Oleh sebab itu, cerita Hayy bin Yaqzan di satu sisi ialah cerita pencarian kebenaran hendak Tuhan supaya mendapatkan kebenaran hakiki, di sisi lain ialah contoh konkrit praktek berekonomi dari sesi yang sangat simpel hingga modern.
Dari cerita Hayy bin Yaqzan ini bisa dimengerti pula kalau tauhid merupakan landasan utama berekonomi manusia, dengan metode tiap manusia wajib mampu menguasai dengan baik serta benar kesatuan penciptaan- Nya, kesatuan tuntutan hidup serta kesatuan tujuan hidup. Konsep inilah yang setelah itu sanggup menghantarkan manusia dari homo economicus jadi homo islamicus dalam melaksanakan roda perekonomian. Dengan tauhid manusia mengerti kalau khalifah ialah tugas pokok dalam rangka mengelola serta mengendalikan alam semesta selaku amanah yang diberikan Allah SWT, sehingga dari mari manusia hendak sadar kalau hakikat kepemilikan benda- benda materiil di sekitarnya, cumalah berbentuk titipan sementara serta fana. Hingga manusia hendak bertanggung jawab dalam memegang amanah dengan tetap melindungi kelestarian serta penyeimbang alam.
Ada tiga tokoh penting dalam kisah Hayy bin Yaqzhan yang melambangkan tiga cara menjalani kehidupan manusia di dunia, yaitu sebagai berikut: Pertama, Hayy bin Yaqzhan melambangkan kehidupan seorang filosof (pemikir atau filosof sejati). Dia hidup hanya untuk memikirkan alam dan segala isinya, memikirkan dirinya sendiri, dan cepat atau lambat mulai percaya akan keberadaan Tuhan. Kedua, Absal melambangkan kehidupan orang yang religius. dia untuk hidup memikirkan wahyu sebagai kebenaran yang akan segera datang Keyakinan akan adanya Tuhan sebagai Pencipta alam semesta dan ketundukan serta ketaatan terhadap segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketiga, Raja Salman dan rakyat. Melambangkan kehidupan kebanyakan orang di dunia. Mereka hidup penuh dengan pengaruh nafsu, mereka menginginkan kebahagiaan, kekayaan dan status. Keyakinan mereka kepada Tuhan datang hanya pada tahap akhir mengajar guru di lembaga, baik formal maupun informal, dan tidak melibatkan keyakinan yang kuat. Oleh karena itu hidup mereka penuh dengan nafsu dan dosa.
Personifikasi tokoh di roman Hayy ibn Yaqzhan:
- Hayy bin Yaqzhan, melambangkan hidup seorang filsuf (ahli fikir atau ahli filsafat sejati). Ia hidup hanya untu memikirkan alam dan segala isinya, memikirkan dirinya, dan lambat laun sampai kepada keyakinan adanya Tuhan.
- Absal, melambangkan hidup ahli agama. ia hidup untuk memikirkan wahyu sebagai kebenaran, lambat laun sampai kepada keyakinan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan tunduk dan patuh terhadap segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
- Raja Salman dan Rakyat. Melambangkan hidup kebanyakan manusia di dunia. Mereka hidup diisi dengan pengaruh-pengaruh nafsu, ingin senang, kaya raya dan mendapatkan kedudukan. Keyakinan mereka terhadap Tuhan diperoleh dari pelajaran guru di lembaga-lembaga baik formal maupun non-formal pada tahap dhohirnya saja, tidak disertai dengan keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, kehidupan mereka banyak bergelimang dengan nafsu dan dosa.